Translate

Senin, 16 Agustus 2021

Petualangan cinta part 37

 Part 37

Di pertengahan tahun 2002 - pertengahan 2003 hubungan ane didominasi sama Nisa, Sella, Sinta, dan Anne. 


Lets get it on.


Sabtu sore sudah menjadi kebiasaan Sella untuk pulang ke rumah orang tuanya, kebetulan waktu itu bi Nani nginep di rumah nenek bersama suaminya jadi gw bisa pulang buat nongkrong bareng temen-temen rumah. Selain itu temen-temen sekolah juga gak ada rencana main, Nisa juga gak punya rencana kemana-mana. Intinya hari itu gw gak ada rencana apapun jadi pulang sekolah gw nganter Nisa dulu ke rumahnya lalu gw langsung menuju rumah. Nyampe di rumah gw makan siang, abis itu ganti baju pake kaos (celana tetep pake seragam), trus gw main ke rumah Gilang.


Oh iya, Gilang ini usianya 1 tahun diatas gw, dia punya 2 kakak cewe, yang paling gede ikut sama suaminya, yang kedua (Tini) juga udah nikah, waktu itu umurnya sekitar 21 tahun dan punya anak 1 umur 1 tahun. Tini ini masih tinggal sama orang tuanya. Selain punya kakak, Gilang juga punya 1 adik cowo yang umurnya waktu itu masih 12 tahun dan 1 adik cewe umur 9 tahun. Begitu lulus sma si Gilang langsung kerja di pabrik, biasanya hari sabtu dia pulang sekitar jam 1 siang. Anak-anak emang sering nongkrong di rumah Gilang, kebetulan mama dia buka warung dan ada tempat lesehannya juga. Kadang kita nongrong lesehan di depan warung, kadang juga di kamarnya Gilang.


Hari itu sekitar jam 2an gw main ke rumah Gilang, pikir gw pasti dia udah ada di rumah. Gw ke rumah Gilang jalan kaki karena jarak rumah kita cukup dekat hanya terhalang 2 block. Beberapa meter dari rumahnya gw liat warungnya buka tapi nampak sepi gak ada siapapun disana. Gw jalan terus menuju pintu rumah dan membukanya (kita udah biasa masuk tanpa permisi dan ngetuk pintu pintu). Situasi rumahnya juga nampak sepi, yang ada waktu itu cuma Tini yang lagi nonton tv dan seperti biasanya kalo di rumah dia selalu pake tanktop dan celana pendek setengah paha. Saat pintu terbuka sontak Tini nengok ke arah pintu.


Tini : eh Ka, kirain siapa.

Gw : (ngeliat suasana rumah) sepi banget teh, pada kemana?

Tini : si mamah sama bapak lagi ke Cianjur ada acara keluarga

Gw : ohhh, ,, si Gilang udah balik belum?

Tini : belum Ka, gak tau kemana dulu tuh anak.

Gw : teh bikin kopi dong, sekalian rokok nya.

Tini : oke. (Tini bangun dari duduknya menuju warung ngambil kopi)

Gw : aku di kamar Gilang ya.

Tini : iya nanti aku anter kesana.

(Biar enak bayanginnya, kamar Gilang bisa dibilang kecil hanya berukuran 250 x 250 cm, didalam kamar ada ranjang berukuran 200 x 120 x 70 cm. Ranjangnya nempel ke dinding di sebrang pintu, celah antar ranjang dan dinding 50 cm, disitu ada lemari plastik tempat pakaian. Jadi kalo kita buka pintu kamar yang pertama kali terlihat adalah ranjang dan lemari plastik tempat pakaian. Kalo kita noleh ke sebelah kiri disamping pintu ada sebuah meja kopi berukuran 100x50x50 cm dengan VCD player, amplifire, dan box speaker diatasnya. Ada ruang 80 cm antar ranjang dan meja)


Gw masuk ke kamar gilang, disana gw putar musik dari vcd player, lalu Ku ambil gitar dan mulai memainkan Lagu lama yang biasa kita nyanyikan, Tapi tak sepatah kata yang bisa terucap Hanya ingatan yang ada di kepala.

Posisi gw waktu itu duduk di atas ranjang nyender ke dinding dengan gitar dipangkuan gw. Sambil dengerin musik gw iringi lagu itu dengan gitar sambil ikut bernyanyi juga. Beberapa menit kemudian Tini membuka pintu kamar membawa segelas kopi dan sebungkus rokok.


"Ini Ka kopi sama rokoknya" ucap Tini

"Iya teh, makasih" jawab gw.


Tini nyimpen kopi itu di atas meja, saat meletakkan kopi posisi badannya sedikit membungkuk yang menyebabkan dada dan toketnya bisa terlihat jelas walau tak seluruhnya karena tertutup bra. Refleks gw bilang "woww"

"woww apanya?" Balas Tini.

"Itu teh mulus banget, keliatan kenceng juga hehehe" goda gw.

"Ah kamu ini ada-ada aja, toket kendor gini dibilang kenceng" ucap Tini mengelak pujian gw namun dia tersenyum saat mengatakannya. Setelah itu Tini keluar kamar dan menutup pintunya.


Merasa bosan mendegarkan lagu-lagu lokal gw putar lagu barat sekalian gw ngulik bass dan melody lagu The Cake - I Will Survive yang bakal gw bawain 2 minggu lagi buat memenuhi tugas pelajaran bahasa inggris, guru bahasa inggris nyuruh kita nyanyiin lagu berbahasa inggris sambil diiringi musik. Entah apa hubungan pelajaran bahasa inggris sama musik, karena guru yang minta kami lakukan saja tanpa protes.


Berulang kali gw putar lagu itu sampai gw hampir bisa niru alunan melody nya. Tak terasa 1 jam berlalu, gw bisa ngikutin alunan melody tapi ada bagian yang gak bisa gw tiru, entah gimana cara mendapatkan nada itu. Lama kelamaan akhirnya bosen juga karena gw gak bisa niru bagian itu, gw simpan gitar disamping kiri lalu gw rebahan sambil terus mendengarkan dan menghafal nada melody. Gw pejamkan mata biar lebih fokus pada nada sambil membayangkan dan mengira-ngira pergerakan jari sang melodis.


Beberapa menit kemudian .. treeekkk .. pintu kamar terbuka, gw kira itu Gilang, saat gw buka mata ternyata Tini. Kondisi Tini sore itu baru selesai mandi, dia hanya menggunakan handuk yang dililit di tubuhnya menutupi toket dan sebagian pahanya, rambutnya masih basah sampai terlihat butiran air yang menetes dari rambutnya yang di gulung ke atas dan dijepit. Dia masuk kedalam kamar kemudian menutup pintu sedikit.


"Eh teh, kirain Gilang" kata gw kaget.

"Ada itu gak Ka?" tanya Tini, gw gak ngerti apa yang dia tanyain, bener-bener gak jelas cuma bilang "itu".

"Itu apaan teh?" tanya gw lagi. Dia gak langsung jawab pertanyaan gw, yang dia lakukan hanya mendekat kemudian mencari sesuatu diatas meja, saat menghadap meja otomatis dia membelakangi ranjang dimana gw rebahan.


"Aku nyari ini" kata Tini lagi, "ini" yang dimaksud juga gak jelas, entah apa yang dia cari.


Lalu dia membungkukkan badannya mencari sesuatu di atas meja, dengan posisinya yang membungkuk menyebabkan handuk yang menutup pantatnya terangkat, terpampang lah bool Tini tepat disamping kanan gw. Memeknya bisa gw lihat dengan jelas saat dia membungkuk, cukup lama dia mencari-cari barang yang entah apa yang dia cari. Melihat pantat dan memek Tini dari jarak yang begitu dekat sekitar 20 cm menyebabkan kontol gw menggeliat, pengen rasanya gw remas bokong Tini, membuka lebar belahan bokongnya kemudian menjilati memeknya. Gw tahan keinginan itu karena gw ngehargain Gilang.


"Aduh teh, eta bujur jeung memek meni nampeu hareupeun beungeut pisan, ngabibita wae teteh mah" (aduh teh, itu pantat sama memek terpampang banget didepan muka, bikin aku pengen aja) .. kata gw.

"Bikin pengen apa Ka?" tanya Tini

"Liat teh punya aku nyampe tegang gini" kata gw sambil ngelus-ngelus konti yang udah tegang sempurna. Tini nengok ke arah kontol gw sambil tertawa kecil

"Hihihihi masa kamu tertarik ngeliat memek yang udah ngeluarin anak" ucap Tini seolah menggoda gw.


Dia tetap berdiri membungkuk membelakangi gw sambil nyari yang gak ada di meja. Lama kelamaan gw ngerasa tertantang dan gw gak kuat nahan, gw ambil air liur pake jari telunjuk dan jari tengah lalu gw usap belahan memeknya. Saat jari gw nyentuh memeknya Tini noleh ke arah gw.


"Kamu ngapain?" tanya Tini, tapi dia gak berusaha menepis tangan gw, bahkan posisi pantatnya pun gak berubah, dia tetap membungkuk memamerkan pantat dan memeknya. Gw elus-elus belahan memek Tini dengan dua jari. Dia menikmati belaian jari gw di memeknya sampai dia mendesah "aaahhh ssstt eeeemmmhhhhh sssttt ooohhhhh ssstttt aaahhhh sstttt ooohhhh"


Gw sedikit bangkit lalu gw tarik pantat Tini mendekat dan gw membenam kan muka gw di pantatnya. Tini merubah posisinya jadi lebih bungkuk seperti rukuk, posisinya kali ini lebih memudahkan gw menjilati memeknya, gw serang lubang yang udah ngeluarin anak itu dengan lidah gw dan klitorisnya gw mainin pake jempol tangan kanan. Tini makin mendesah hebat "aaaaahhhhhh aaaaaahhhhhhh gila enak banget Ka, aku gak pernah diginiin sama si aa (suaminya) ,, aaahhhh ssstttt eeemmmmpppp sssttttt oooohhhhh" ... Mungkin 2-3 menit gw jilati memek Tini, gw bisa tau rentan waktu itu dari musik yang yang diputar.


Gw hentikan jilatan di memeknya, gw bangun dan Tini duduk di tepian ranjang kemudian berbaring. Pintu sengaja gak gw tutup malah suara musik juga gw kecilkan biar ketauan kalo ada orang yang belanja atau yang masuk rumah karena pintu depan pasti berdecit kalo dibuka. Gw berlutut di lantai kemudian menaikan kedua kaki Tini dan membukanya sedikit, gw serang lagi memeknya dengan mulut dan lidah, gw hisap itil dan jawernya yang agak menjutai lalu memainkannya dengan lidah. Memeknya gw colok-colok pake telunjuk dan jari tengah dengan tempo cepat, Tini makin mendesah "aaahhhhh aaaahhhhh anjing enak banget Ka sumpah demi apapun aaahhhh aaahhhhh ssssttttt eeemmmmmhhhhhh anjing enak banget aaaahhhhhh". Dalam hari gw tertawa mendengar Tini berkata kasar, gw bener-bener gak nyangka ternyata kakak Gilang punya jiwa lonte juga.


Beberapa menit kemudian Tini mendesah panjang "aaaaaaahhhhhhhhhhh aaaaahhhhhhhhhh aaaaaaaahhhhhhhh" seluruh otot tubuhnya berkontaksi sampai dia menggelinjang seperti cacing kepanasan, dari memeknya keluar cairan putih yang membuat lubang memeknya semakin licin. Gw keluarin kontol lalu naik keatas tubuhnya yang sudah siap buat di ewe. Kita berciuman beberapa menit sambil gw gesek-gesek batang kontol di belahan memeknya, ciuman Tini bener-bener liar seolah dia ingin melampiaskan semua nafsunya. Saat gw lepas ciuman segera dia narik kepala gw dan menciumi bibir gw lagi, gw lepas lagi ciuman lagi.


"Gak mau berenti, aku mau ciuman terus" rengek Tini.


Karena Tini gak mau lepas ciuman terpaksa gw layani lagi. Karena gw udah gak tahan segera gw masukin kontol ke memeknya, tak ada kesulitan saat gw masukin kontol ke memeknya, proses itu berjalan lancar karena selain sudah sangat basah memeknya juga terasa agak longgar mungkin karena dia pernah melahirkan. Sambil berciuman gw genjot memeknya berirama, kontol gw keluar masuk dengan sangat lancar. Memeknya terasa becek banget nyampen terdengar suara gemercak disetiap sodokan kontol gw.


Namun beberapa menit kemudian lubang memek yang semula longgar, licin dan becek berubah menjadi sempit dan keset, kontol gw terasa seperti diremas oleh lubang memeknya, saat gw tarik kontol memeknya seakan tak rela batang gw keluar, saat gw tekan memeknya seakan menolak batang gw masuk.

Uuuhhhhh bener-bener nikmat, kita berdua sampai mendesah tertahan karena mulut kita tak henti berciuman. "Eeemmmmhhhh eeeeemmmmhhhhh eeeeemmmhhhhh eeeemmmmhhhh eeeeemmmhhhhh" begitulah yang terdengar dari desahan kita berdua.


Dalam hati gw berkata (anjing ni memek jadi legit banget padahal tadi longgar dan becek). Rasa geli di kepala kontol akibat gesekan dengan dinding lubang memeknya terasa menjalar sampai ke suruh tubuh. Kenikmatan seperti ini baru pertama kali gw rasakan, bukan dengan gadis atau perawan melainkan dengan bini orang yang udah ngelahirin satu anak, bahkan memek Adidah yang sempitnya pake banget gak bisa memberikan kenikmatan seperti memek Tini. Gw bener-bener gak tahan ngerasa kenikmatan itu dan pengen segera ngecrot tapi entah kenapa tanda-tanda menjelang ngecrot gak gw rasakan sama sekali.


Gw percepat genjotan secepat yang bisa, rasa nikmat itu pun makin bertambah, mungkin hal yang sama dirasakan Tini sampai dia melepas ciuman, matanya terpejam, mulutnya mendesah "aaahhhh aaaahhhh aaahhhh aaaahhhh"

"Aaahhhh aaaahhh aaahhh ,, memek teteh enak banget teh, aku baru ngerasain memek seenak ini ,, aaahhh gila sepet banget anjing .. aahhh aaahhh" desah gw diselingi ocehan memuji legitnya memek Tini. Dia sama sekali gak hiraukan ocehan dan pujian gw. Selang 1 - 2 menit kemudian Tini mendapat orgasmenya, memeknya makin terasa meremas kontol gw saat otot-otot memeknya berkontraksi dan memeknya makin sepet. Tini menahan genjotan gw dengan melingkarkan kedua kakinya di bokong gw lalu dia menggoyang pinggulnya untuk menikmati gelombang orgasme yang menerpanya. Goyangan terhenti, dan kedua kakinya melemas seiring meredanya orgasme Tini, memeknya pun terasa longgar dan licin kembali.


Gw minta Tini nungging di atas ranjang sementara gw berdiri di lantai. Gw genjot lagi memek Tini dengan posisi doggy, saat dia menjatuhkan tubuhnya ke kasur dan menekuk pinggangnya terpampanglah sunhole miliknya, gw ludahi lubang itu lalu gw colok pake jempol, berulang kali gw ludahi lubang itu sampai jempol gw lancar keluar masuk liang boolnya, saat gw lepas jempol lubangnya menganga dengan sendirinya. Saat gw ludahi lagi air liur gw mengalir masuk kedalam anus Tini. Lubang itu nampak bersih, tak ada sisa-sisa limbah pencernaan, bahkan gw liat jempol gw jiga bersih. Gw lepas konti dari memek Tini lalu mengarahkan ke lubang diatasnya. Tanpa meminta izin darinya gw tekan konti namun baru masuk kepalanya Tini menyingkirkan pantatnya "jangan kesitu Ka" ucap Tini.

"Maaf teh gak sengaja" ucap gw mengelak.


Gw masukin lagi konti ke memenya dan menggenjotnya, beberapa menit kemudian "teh boleh keluar didalem" kata gw meminta izin. "Terserah kamu Ka" ucap Tini mengizinkan. Gw percepat genjotan, gw dan Tini mendesah bersamaan dan eeemmmhhhhh croottt crrooottt crrooottt peju gw muncrat didalam memek Tini, berbarengan dengan orgasme ketiganya.

Gw cabut konti setelah kontol gw berhenti berkedut, saat konti terlepas disusul peju yang keluar dari lubang memek Tini sampai menetes ke kasur. Tini bangkit dan peju gw makin banyak yang keluar membasahi tempat tidur adiknya. Tini tertawa kecil kemudian kita berciuman lagi beberapa menit.


Tini : Makasih ya Ka, aku puas banget. Si aa gak pernah jilatin memek aku dan gak pernah mau ciuman sama aku.

Gw : sama-sama teh, aku juga puas banget, memek teteh enak banget, aku gak pernah ngerasain memek seenak memek teteh.

Tini : ah masa sih memek do'er gini dibilang enak.

Gw : sumpah teh enak banget. Semua cewe yang pernah aku ewe gak ada yang memeknya seenak memek teteh.

Tini : emang kamu pernah ngewe berapa cewe?

Gw : eeee .... Berapa ya, aku lupa teh.

Tini : waduuhhh ,,, berarti aku cewe ke berapa juga gak tau?

Gw : heheehhe

Tini : ya udah lah gak penting. Makasih ya Ka udah puasin aku.

Gw : iya teh, kalo pengen lagi bilang aja.

Tini : iya aku pasti minta lagi kalo kondisinya kaya sekarang. Aku ke kamar dulu ya.

Gw : iya teh.

Tini : sekali lagi makasih banget. Sebagai gantinya kopi dan rokok itu biar aku yang bayar.

Gw : makasih teh.

Tini ngecup bibir gw lalu dia keluar kamar Gilang, gw juga keluar kamar menuju kamar mandi buat nyuci tangan dan konti gw, abis itu gw ke ruang tengah ngambil tissu dan balik lagi ke kamar Gilang buat ngelap peju gw yang netes di kasur.


Sekitar setengah 5 sore Gilang dateng bareng Gun. Ketika dia buka pintu kamarnya.


Gilang : anjing ,,, kaget gw, kirain gak ada orang.

Gun : siapa?

Gilang : itu si Dika.

Gun : udah lama lu disini? Tumben banget.

Gw : dari jam 2 gw disini. Lu kemana dulu baru pulang jam segini?

Gilang : gw dirumah Gun.

Gun : lu kenapa gak ke rumah gw? Tadi gw bawa barang baru.

Gw : cakep gak?

Gun : lumayan lah.

Gw : kalian pake berdua?

Gilang : iya bro, itu cewe maniak banget, gw sama Gun crot 2x.

Gw : lu kenapa gak nelpon gw Gun?

Gun : mana gw tau kalo lu udah balik, biasanya lu kan pulang malam.

Gilang : btw kok bau buceng (peju).

Gun : iya ya kok bau buceng.

Gilang : anjing jangan-jangan lu coli di kamar gw. (ke gw)

Gw : hehehehe. Sange gw liat kakak lu keluar kamar mandi pake handuk doang.

Gilang : anjing lu kakak gw dijadiin bacol. Gw bilangin ke kakak gw lu.

Gw : bilangin aja.

Gilang : teehhhh (teriak manggil Tini)

Tini : apa teriak-teriak?

Gilang : bikinin kopi 2.

Gw : tai lu, kirain beneran mau bilangin.

Gilang : hahahaha kaget ya lu.


Part 36 link : https://ceritadewasaco.blogspot.com/2021/08/petualangan-cinta-part-36.html


Next >> Part 38

https://ceritadewasaco.blogspot.com/2021/08/petualangan-cinta-part-38.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar